BKKBN

Anak Muda Bisa Cegah Stunting?

21 June 2021 | Siaran Pers|

suhu

Jakarta - Stunting masih menjadi isu besar. Upaya menurunkan angka stunting terus dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, pemerintah maupun swasta, berbagai kalangan, orang tua maupun anak muda. Saat ini, anak muda banyak dilibatkan dalam berbagai program tak terkecuali pencegahan stunting. Anak muda di Indonesia mulai mendominasi, jumlah penduduk milenial (Gen Z dan Post Gen Z) sebesar 173,31 juta jiwa atau 64.69% dan penduduk tua (generasi x, baby boomers, dan pro 88) sebesar 94.69 juta atau 35.31% (Population estimaters, Juni 2020).


Kepala BKKBN, Dr. (Hc) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), mengatakan dalam Webinar Anak Muda Cegah Stunting, Memang Bisa? yang dilaksanakan pada 16 Juni 2021, “Terkait bonus demografi yang akan dihadapi oleh Indonesia, tantangan kita adalah kualitas anak atau generasi emas 2045, dimana menurut SKAP 2019 kasus stunting sebesar 27.6%, dan ditengah pandemic ini para ahli meprediksi stunting di Indonesia akan naik”. Hasto menambahkan, “dampak buruk stunting ada tiga yaitu tinggi badan tidak cukup, yang kedua kemampuan intelektual dibawah rata-rata, dan yang ketiga dihari tua bisa memiliki potensi besar memiliki penyakit non communicable diseas, diabetes, kardiovaskular, metabolic disorder, dan lainnya”.


Lantas bagaimana cara mencegah stunting? Yaitu dengan memperhatikan gizi Ibu hamil, 1000 hari pertama dari mulai konsepsi atau dimasa kandungan sudah dimonitor hingga anak lahir diberikan ASI Ekslusif minimal 6 bulan dan Ketika MPASI diberi makanan bergisi, dan juga factor kebersihan lingkungan. Menurut Kepala Lembaga Demografi UI, Turro S Wongkaren, Ph.D, peran pemuda untuk mencegah stunting sangat besar mengingat sejarah tentang pemuda di Indonesia yang sangat membanggakan dan juga jumlah pemuda di Indonesia sangat besar yaitu seperempat dari jumlah penduduk.

Apa yang harus dilakukan pemuda? Turro mengatakan bahwa “Yang harus dilakukan pemuda Indonesia yaitu yang pertama adalah menjaga kesehatan diri sendiri dengan olahraga, makanan sehat dengan gizi seimbang, jaga kebersihan lingkungan, sanitasi, tidak merorok dan tidak napza; yang kedua mempersiapkan diri untuk menjadi anggota keluarga yang mandiri secara sosial maupun ekonomi dengan Pendidikan dan pekerjaan; yang ketiga menyiapkan diri menjadi orang tua, sekarang kalian memang muda tetapi suatu waktu kalian akan menjadi tua, dan harus disiapkan dari sekarang, sejak kalian muda; yang terakhir pemuda bisa berperan aktif dalam pencegahan stunting dengan menjadi peer educator, memberi edukasi dan informasi kepada temen sebaya”.

Bagaimana kondisi pemuda di Indonesia saat ini? Menurut Susenas Tahun 2020:
- Hanya ada 6 dari 10 rumah layak huni dilihat dari 4 hal yaitu sanitasi, air minum, kebersihan dan material.
- 25.70% pemuda di Indonesia merokok.
- 1 dari 4 pemuda usia 16-18 tidak bersekolah.
- Mayoritas pemuda di Indonesia lulus SMA/SMP/Sederajat, sebesar 38.77% lulus SMA, 35.41% lulus SMP dan hanya 10.3% lulus Perguruan Tinggi, tentu ini mempengaruhi tingkat partisipasi kerja.
- Tingkat partisipasi kerja pemuda sebesar 61.3%, ¼ pemuda usia 16-18 sudah dipasar kerja dan sisanya berumur 19-30 tahun. 1 dari 10 pemuda Indonesia menganggur
- Menyiapkan diri menjadi orang tua yaitu dengan tunda pernikahan, 3 dari 10 pemuda perempuan menikah di usia 16-18 tahun.
- 41% perempuan muda yang pernah kawin di usia 16-18 tahun pernah dan sedang mengikuti program KB, sebesar 43% tidak pernah. Partisipasi perempuan muda pernah kawin di usia 19-30 tahun justru lebih tinggi.

Turro mengajak pemuda untuk menjadi peer educator, karena 9 dari 10 pemuda Indonesia punya handphone, hal ini tentu memudahkan para pemuda untuk membagi informasi. Turro mengingatkan kembali, “jangan lupa 4 hal yang harus dilakukan pemuda untuk mencegah stunting”.

Hasto juga memberi pesan bagi pemuda bahwa, “keluarga muda menjadi kunci keluarga berkualitas menuju Indonesia emas di Tahun 2024, kami titip kepada generasi muda untuk paham tentang stunting agar bisa sosialisasikan pengertian stunting apa, bagaimana menyikapinya, mencari penyebab stunting dan cara mengatasinya, tolong anak muda ikut mengkampanyekan”.

BKKBN