BKKBN

Hati-Hati Ibu Hamil yang Menyusui Dapat Picu Kontraksi, “Ortu” Saatnya Atur Kehamilan

30 June 2021 | Siaran Pers|

suhu

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta/30/06/2021 - Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wradoyo, Sp.OG (K) menyebutkan, “Anak muda di Indonesia mulai mendominasi, jumlah penduduk milenial (Gen Z dan Post Gen Z) sebesar 173,31 juta jiwa atau 64.69% dan penduduk tua (generasi x, baby boomers, dan pro 88) sebesar 94.69 juta atau 35.31% (Population estimaters, Juni 2020). Para remaja ini merupakan generasi penerus yang harus menjadi generasi unggul dalam bonus demografi sehingga bisa mentransformasikannya menjadi bonus kesejahteraan bagi Indonesia. Oleh karena itu remaja-remaja Indonesia harus berkualitas, dipersiapkan masa depannya yang terencana dengan baik. Jangan malah terjerumus pada permasalahan-permasalahan remaja seperti narkoba, seks bebas dan permasalahan lainnya”, sebut dokter Hasto pada acara Seminar Nasional “Pencegahan Stunting Keluarga Muslim Sehat, Generasi Kuat Sejahtera” yang diselenggarakan oleh Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga - Majelis Ulama Indonesia dan dilaksanakan secara virtual. (Jakarta/30/06/2021.)


Dokter Hasto juga menambahkan, “Remaja sebagai calon suami-istri harus bisa mempersiapkan dirinya untuk menjadi orang tua, calon suami istri setidaknya membutuhkan waktu tiga bulan persiapan prekonsepsi sebelum menikah. Calon istri membutuhkan waktu 90 hari, sedangkan calon suami selama 75 hari. Para calon pengantin mempersiapkan dengan baik gelaran pernikahan mereka, namun kerap tidak mempersiapkan diri jadi calon orang tua dengan baik pula. Prewedding, kan mahal, tapi prekonsepsi yang menyiapkan telur dan sperma, tidak dikerjakan. Padahal, prekonsepsi itu murah. Prekonsepsi meliputi persiapan yang perlu dilakukan baik oleh calon istri maupun calon suami”, tambah dokter Hasto.

Perempuan yang sudah memiliki rencana menikah wajib mengecek kadar hemoglobin-nya. Pengecekan hemoglobin bisa dilakukan setidaknya tiga bulan sebelum bulan madu. Jika ditemukan kekurangan hemoglobin atau anemia, perempuan perlu mengonsumsi tablet tambah darah. Upaya ini dilakukan untuk mencegah anemia saat ada peluang hamil, karena anemia pada ibu hamil maka berisiko melahirkan bayi stunting”, imbuh dokter Hasto.

Kemudian dokter Hasto mengungkapkan, “Jagalah jarak kehamilan, ketika kondisi ibunya belum terkesiap untuk hamil kemudian hamil, maka anak yang dikandungnya juga kurang optimal, anak yang sudah diluar juga kurang optimal. Sangat luar biasa itulah yang demikian Keluarga Berencana (KB) harus dilakukan untuk menjarangkan kehamilan. Di dalam kitab suci Al-Qur’an dianjurkan untuk 30 bulan untuk mengatur jarak kelahiran dan menyusui 24 bulan tentu ini sangat eksplisit. Kita semua bisa memahami dan itu yang kita jadikan pedoman. Jarak 24 bulan menyusui sangat luar biasa, karena ketika anak baru berumur 1,5 tahun harus masih menyusui kemudian ibunya hamil maka sebetulnya perempuan yang menyusui itu ketika hamil, maka jadi malapetaka besar bagi bayi yang dikandungnya maupun yang sudah diluar”, ungkap dokter Hasto.

"Betapa tidak ketika Allah menciptakan Air Susu Ibu (ASI) itu melalui suatu sistem Keesaan Tuhan yang dalam hal ini dengan tercipta prolaktin oksitosin yang ada di otak perempuan itu dan ketika oksitosin itu mempunyai tugas untuk mengeluarkan (ASI), maka ternyata oksitosin itu berpengaruh membuat rahimnya kontraksi sehingga bisa dibayangkan ketika ibunya menyusui kemudian ada kehamilan di dalam perut ibunya, maka bayi yang dikandungan itu menderita karena tercekam di dalam rahim kontraksi karena hormon prolaktin oksitosin, itulah pentingnya jarak kehamilan diatur dengan baik”, ungkap dokter Hasto.(Humas/TWD).


Biro Umum dan Humas
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BKKBN