BKKBN

Prevalensi Stunting Tinggi, NTB Jadi Sasaran Uji Coba Buku Bina Keluarga Balita Emas

27 October 2022 | Siaran Pers|

suhu


MATARAM---Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 memiliki prevalensi stunting 31,4 persen dan masuk dalam 12 provinsi yang menjadi prioritas percepatan penurunan stunting.

Berbagai upaya untuk percepatan penurunan stunting di NTB telah dilakukan. Salah satu upaya tersebut adalah uji coba penerapan buku panduan penyuluhan Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting (BKB-Emas) yang digelar di Kabupaten Lombok Barat di Hotel Aston pada 25-28 Oktober 2022. Buku ini merupakan inisiasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional bekerjasama dengan Tanoto Foundation.

Kepala perwakilan BKKBN Provinsi NTB Samaan menyambut baik uji coba buku panduan BKB Emas bekerjasama dengan Tanoto Foundation, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).  Samaan mengatakan uji coba buku ini sangat merefleksi bagaimana kondisi stunting di NTB. 

Nantinya hasil uji coba dari kegiatan ini bisa menghasilkan solusi yang dapat mempercepat penurunan angka stunting di NTB,” kata Samaan.

Dipilihnya NTB sebagai lokasi uji coba buku penyuluhan ini lantaran prevalensi stunting di NTB termasuk tinggi. Oleh sebab itu, melalui kegiatan ini dihaarapkan dapat menurunkan kasus stunting di NTB dengan cara perubahan perilaku pola asuh dari keluarga 1000 Hari Pertama Kehidupan.

"BKKBN terus berupaya mendorong adanya inovasi dalam pencegahan stunting yang berbasis keluarga melalui edukasi dalam kelompok BKB. Semoga kerjasama uji coba buku nantinya menjadi panduan dalam melakukan perbaikan perilaku," jelas Samaan.

Menurut Samaan, stunting tidak hanya dipengaruhi oleh gizi tetapi juga perilaku asuh yang selama ini perlu diperbaiki. Pola asuh, kata Samaan, mungkin sudah banyak diterapkan oleh masyarakat. Tetapi ada sifat kecil yang sering kali keliru dilakukan orang tua. Namun sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan balita.

"Peran orang tua merupakan pondasi utama dalam membentuk karakter anak yang baik dan berkualitas. Karakter yang baik dan berkualitas dimulai dari pengasuhan 1000 HPK yang baik. Salah satu materi pertemuan yang diberikan adalah pola-pola asuh  yang baik kepada balita akan berdampak terhadap percepatan penanganan stunting NTB," jelas dia.

Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Muda Direktorat Bina Keluarga Balita dan anak, Muslicha mengatakan kegiatan uji coba buku panduan penyuluhan BKB-Emas ini sebagai upaya pemerintah mendorong percepatan penanganan kasus stunting di Indonesia pada umumnya dan di NTB pada khususnya.

"Program ini sebagai upaya untuk menurunkan angka stunting. Diharapkan setelah dilakukan ujicoba ada perubahan perilaku pola asuh yang lebih baik dari orang tua sehingga meningkat anggota keluarga di BKB-Emas," kata Maslicha atau biasa disapa Icha ini.

Dikatakan Icha, dalam program uji coba buku panduan penyuluhan ini. Terdapat enam topik pertemuan yang akan disasar. Topik pertama untuk melihat bagaimana fungsi keluarga itu sendiri. Kemudian melihat kondisi kesehatan fisik dan mental dari ibu dan bayi usia dua tahun. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana peran ayah dan anggota keluarga lainnya dalam pola asuh anak. 

Berikut menstimulasi tumbuh kembang anak. Selanjutnya yang juga tidak kalah penting adalah melihat kebersihan lingkungan dan diri orang tua juga balita. Termasuk bagaimana pola pengasuhan yang responsif. 

Program Manager untuk Kemitraan Tanoto Fondation dengan BKKBN, Arnoldus Paut menambahkan pihaknya sangat mendukung Pemerintah dan lembaga terkait dalam upaya pencegahan masalah yang menyangkut pada anak usia dini dan juga orang tua. Bekerjasama dengan BKKBN Pusat mereview kembali modul atau buku panduan BKB-Emas terkait masalah stunting pada anak. Dengan fokus pada perubahan perilaku orang tua yang memiliki anak usia dini.

"Hasil ujicoba ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi orang tua utamanya diwilayah indonesia timur. Tentang bagaimana memahami dan mendapatkan informasi mengenai perilaku yang baik sebagai orang tua," kata Arnold. 

Menurut Arnold, kegiatan berlangsung selama 4 hari mulai dari 25 hingga 28 Oktober 2022. Dua hari pertama dilakukan untuk mereview materi dalam buku. Dua hari berikutnya untuk melakukan simulasi bersama dengan orang tua.

Tujuannya agar mendapat masukan dari para orang tua. Mulai dari prosesnya, urutan kegiatan, pembelajaran orang dewasa serta konten yang disajikan. Apakah sudah difahami atau tidak. Jika ditemukan sejumlah kendala. Itu akan menjadi bahan revisi demi penyempurnaan program pencegahan stunting pada anak.

"NTB sendiri merupakan lokasi kedua setelah ujicoba pertama dilakukan di Garut, Jawa Barat. Kedepan akan lebih banyak menyasar pada daerah yang akan menjadi percontohan BKKBN. Sesuai indikator bahwa lokus-lokus tersebut merupakan daerah beresiko stunting," ujar Arnold.

Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) melalui  kegiatan Bina Keluarga Balita dan Anak. Diyakini merupakan wadah yang strategis dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan para orang tua dan anggota keluarga lain yang memiliki balita dalam membina tumbuh kembang balita. n

Penulis: YDI
Editor: ANW
Tanggal Rilis: Rabu, 26 Oktober 2022

Media Center BKKBN
mediacenter@bkkbn.go.id
0812-3888-8840
Jl. Permata nomor 1 
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

Tentang BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunanan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009  tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting
BKKBN