BKKBN

Rokok, Sperma dan Stunting

29 July 2021 | Siaran Pers|

suhu

Jakarta – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), DR (H.C). dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K) mengatakan bahwa “Rokok itu toxic dan bisa mempengaruhi stunting” dalam Webinar Leadership and Advocacy ‘Pengembangan Pemikiran Kepemimpinan sebagai Bagian Advokasi Pencegahan Stunting dan Pengendalian Konsumsi Tembakau pada Kamis (29/07).


Toxic rokok ini mempengaruhi prenatal dan postnatal, laki-laki yang program ingin punya anak berhenti dulu merokok selama 70 hari sebelum konsepsi karena toxic nya bisa menurunkan kualitas sperma” tambah Hasto. Menurut penelitian dalam Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing Tahun 2006, asap rokok dapat mengurangi testis, nekrosis testits, berkurangnya diameter tubulus seminiferous dan vasokontrisi pembuluh darah juga mempengaruhi pengambilan oksigen selama metabolisme. Dalam banyak penelitian juga dikatakan bahwa selain tubulus seminiferous menurun, jumlah spermatozoa yang dihasilkan juga menjadi lebih sedikit dari yang tidak mengalami perlakuan.

Menurut Hasto “Paparan asap rokok meningkatkan risiko stunting pada anak berusia 25-59 bulan sebesar 13.49 kali. Selain itu, paparan asap rokok meningkatkan terjadinya ectopic pregnancy dan sudden infant death syndrome”. Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, SpM (K) mengatakan, “Indonesia negara ketiga tertinggi di dunia jumlah perokok diatas usia 10 tahun setelah China dan India, bahkan pernah ada anak 2 tahun merokok di Indonesia mencengangkan dunia”. Ada 23.21% penduduk Indonesia merokok pada Tahun 2020 dan 96 juta orang Indonesia menjadi perokok pasif termasuk ibu hamil dan anak-anak.


Nila menambahkan, “Permasalahan utama kita adalah anak-anak merokok, jangan kita racuni anak-anak kita, ini berkaitan sekali dengan stunting dan Pendidikan. Banyak keluarga tidak peduli makanan bergizi untuk anaknya karena untuk membeli rokok”. Nila berharap harga rokok di tingkatkan agar tidak terjangkau oleh anak-anak, guru disekolah tidak memberi contoh merokok disekolah, tidak adanya iklan rokok disekolah dan dijalan-jalan.

Dalam kesempatan ini hadir juga Bupati Lombok Timur, H.M. Sukiman Asmi, memaparkan tentang keberhasilan Kabupaten Lombok Timur dalam penurunan stunting dengan penguatan komitmen hingga level kepala desa dan intervensi yang tepat juga terintegrasi antara intervensi spesifik dan sensitive yang berhasil menurunkan angka stunting dari 26.11% di Tahun 2019 menjadi 21.07% di Tahun 2020 dan 19.26% per Juli 2021.(humas/im).

Biro Umum dan Humas
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Berencana Nasional (BKKBN)

BKKBN