BKKBN

Siaran Keliling, Gubernur Jabar Ridwan Kamil: Indonesia Maju, Tidak Boleh Ada Stunting

2 November 2022 | Siaran Pers|

suhu


BANDUNG---Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di sela-sela rangkaian kunjungannya pada kegiatan Siaran Keliling (Sarling) menyempatkan diri bersilaturahmi dengan ratusan siswa-siswi SMA Negeri 1 Kawali Kabupaten Ciamis, (26/10/2022). 

Didampingi Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat yang juga merupakan Bunda Genre, Atalia Praratya, gubernur memberikan motivasi kepada siswa-siswi yang hadir. Kang Emil - sapaan akrab Ridwan Kamil - meyakini bahwa di 100 tahun Indonesia merdeka, yaitu tahun 2045 nanti, Indonesia akan menjadi negara maju. 

"Kita yakin negara Indonesia kedepan diprediksi akan menjadi negara hebat, negara adidaya di tahun 2045, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Di 2045 saya dan Bu Cinta sudah tua, menjadi lansia. Tapi di 2045 juga kamu-kamu yang unggul di sinilah akan menjadi penerus para pemimpin Indonesia kedepan. Jadi ketika kamu-kamu semua nanti berusia 40 tahunan, Indonesia sudah menjadi juara dunia, Amiin Yaa Allah," ucap Kang Emil. 

Lebih lanjut Kang Emil menjelaskan, untuk dapat mewujudkan hal tersebut, ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar Indonesia menjadi negara maju. Yang pertama, tidak boleh ada lagi kasus stunting, paham ekonomi digital dan hindari pertengkaran. 


"Agar Indonesia Maju di 2045 sesuai dengan apa yang kita cita-citakan, syaratnya ada tiga. Satu, tidak boleh ada Stunting, setuju?!. Program BKKBN di sini. Stunting itu gagal tumbuh: tinggi badannya rendah, otaknya tidak berkembang, dan itu dimulai dari sejak dalam kehamilan," lanjutnya. 

Sebagaimana diketahui, berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, angka prevalensi stunting di Jawa Barat, masih berada di atas angka rata-rata nasional. Prevalensi stunting di Jawa Barat pada tahun 2021 sebesar 24,5%. Sedangkan angka stunting di Kabupaten Ciamis tahun 2021 sebesar 16%. Target prosentase stunting di Jawa Barat dan juga Kabupaten Ciamis pada Tahun 2024 adalah 14%. Sehingga, menurut Kang Emil stunting harus dicegah sejak awal. Karena dampak negatif yang ditimbulkan stunting bagi masa depan perkembangan seorang anak sangatlah besar. 

"Di sini kan kebanyakan perempuan, kamu-kamu semua jika nanti pada waktunya hamil dan merencanakan punya anak, kamu harus memperhatikan gizi anak-anak kamu sejak dalam kehamilan, sampai dengan usia 2 tahun. Karena kalau gagal, kena stunting, maka ketika besarnya si anak itu tidak akan bisa bersaing. Sedikit-sedikit minta belas kasihan, dikit-dikit tangannya di bawah," ungkap Kang Emil. 

Untuk itu, perlu upaya serius bersama dalam mendeteksi risiko stunting. Mulai dari lingkungan terdekat. Jika ditemukan indikasi-indikasi keluarga berisiko stunting, Ridwan Kamil berharap semua ikut aktif membantu. Terlebih di 2045 nanti, penduduk Indonesia akan didominasi oleh usia produktif. Sehingga para pemudanya harus menjadi mesin negara, bukan jadi beban negara. 

"Jadi jika kamu punya tetangga di kampung, di RT nya punya bayi terlihat kurus, segera kamu lapor ke posyandu, lapor ke kepala desanya. Kita bantu dan berantas stunting bersama-sama," pesan Kang Emil, disambut sahutan setuju dari para hadirin yang memenuhi GOR SMANSAKA. 


Tidak hanya itu, Ayah GenRe Jawa Barat ini juga menuturkan bahwa generasi muda saat ini selain harus mencegah stunting sejak dari remaja, agar dapat menjemput Indonesia maju di 2045, harus faham ekonomi digital dan menghindari perselisihan. 

"Yang kedua, kamu-kamu harus faham ekonomi digital. Seperti misalnya ponsel, ponsel saat ini tidak hanya jadi alat komunikasi, tapi juga alat produksi. Dan yang ketiga, 2045 Indonesia akan jadi negara hebat, kalau kita tidak saling bertengkar. Jadi tong parasea! Allah menciptakan berbagai manusia dengan segala perbedaannya adalah sebagai rahmat, bukan sebagai sumber perselisihan dan kebencian," pungkasnya. 

Selain mengunjungi SMAN 1 Kawali, Tim Sarling Jabar Juara juga sebelumnya mengunjungi tiga tempat berbeda. Yaitu Pasar Galuh Ciamis, Posyandu Multifungsi Rancamaya Dusun Indrayasa, Desa Kawali, dan PAUD Al-Hidayah. Di Posyandu Multifungsi Rancamaya, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia Praratya yang didampingi Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Wahidin beserta seluruh Kepala OPD terkait tingkat Provinsi Jawa Barat meninjau langsung pelayanan di Posyandu, Pelayanan KB Implan dengan 6 akseptor, Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) yang dikelola oleh pegiat Kampung KB setempat, Bina Keluarga Balita (BKB), praktik baik daur ulang sampah dan beberapa pelayanan lainnya. 

Selepas meninjau BKB, Atalia menyampaikan maksud dan tujuannya datang bersama Tim Sarling kali ini sekaligus bertanya jawab dengan para kader dan masyarakat yang hadir di Posyandu Rancamaya mengenai pencegahan stunting

"Kami hadir bersama para stakeholder adalah agar anak-anak kita tumbuh sehat dan cerdas. Stunting itu harus kita pantau sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau 2 tahun pertama. Dan agar anak-anak kita terhindar dari stunting, kita harus optimalkan pola asuh, pola makan (asupan gizi), dan sanitasi," tutur Atalia. 

Pada kesempatan yang sama Atalia juga memberikan atensi khusus terhadap terobosan dan inovasi yang dilakukan di tingkat lokal dalam upaya percepatan penurunan stunting. Misalnya yang dilakukan di Posyandu Rancamaya, melalui Program "Kancing Baju" (Kader Cegah Stunting Ibu Cerdas Generasi Maju). 

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Wahidin, menyampaikan apresiasinya kepada Gubernur Jawa Barat, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat dan juga seluruh pihak yang terlibat dalam menyiapkan Sarling di Kabupaten Ciamis kali ini. Selepas melakukan pembinaan (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) PIK-R di SMAN 1 Kawali, Wahidin menggarisbawahi beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada Sarling Ciamis. 

"Hari ini kami Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat turut berpartisipasi aktif pada Sarling Ciamis. Mulai dari titik posyandu dengan Pelayanan KB, Dashat dan BKB. Kami juga berkesempatan menyerahkan bantuan roulette kepada PIK-R SMANSAKA untuk mendukung pembinaan Generasi Berencana di sana. Juga tadi ada kegiatan menarik, para siswa-siswi diajak minum Tablet Tambah Darah (TTD) serentak. Sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting dari hulu, yaitu sejak remaja khususnya, agar terhindar dari Kekurangan Energi Kronis (KEK)," tutup Wahidin. 

Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien, yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi). Selain itu, secara khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR) serta stunting. n

Penulis: IHQ
Editor: AHS

Tanggal Rilis: Kamis, 27 Oktober 2022

Media Center BKKBN
mediacenter@bkkbn.go.id
0812-3888-8840
Jl. Permata nomor 1 
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 

Tentang BKKBN 

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunanan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009  tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
BKKBN