BKKBN

Warisan Nenek Moyang untuk Keluarga di Masa Pandemi

5 August 2021 | Siaran Pers|

suhu


Jakarta – “Pandemi Covid ini luar biasa, yang semula sudah menurun, akhir-akhir ini naik lagi, kita massuk digelombang kedua. Pandemi ini tantangan bagi kita semua, kalau negara dalam keadaan prihatin lalu melakukan refocusing anggaran, maka keluarga harus bisa refocusing anggaran atau ekonomi keluarga, revolusi mental keluarga dan kemudian hidup sederhana” ujar dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K), Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam Diskusi Panel Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 23 dengan tema Peran Nilai Kearifan Lokal dalam Memperkokoh Ketahanan Keluarga di Era Pandemi.

Dilanjutkan “Kita harus berubah, masyarakat kita sekarang cenderung hedonisme dan materialisme, gotong royong mulai luntur, di era pandemi kita harus hidupkan kembali nilai luhur bangsa dan kearifan local dengan pola hidup yang bersih, teratur, tertata, sederhana dan gotong royong, ini orang tua kita sudah mengajarkan nilai nilai luhur kearifan local yang dimiliki nenek moyang kita yang sangat bagus diterapkan sekarang, ini bisa kita bangkitkan kembali warisan nenek moyang kita untuk ketahanan keluarga di masa pandemi”.

Dari data BPS, kemiskinan meningkat dari 9.41% di Tahun 2019 menjadi 9.78% di Tahun 2020. Menurut Survey Bank Dunia 2020, angka pengangguran meningkat, sebesar 24% pencari nafkah terpaksa berhenti bekerja sejak awal Mei 2020, diantara 76% yang tetap bekerja terdapat 64% yang mengalami penurunan pendapatan, 90% pencari nafkah berprofesi di bidang non pertanian dan berkecimpung di usaha mikro dan kecil mengalami penurunan pendapatan, hal ini tentu mempengaruhi ketahanan keluarga dalam hal ekonomi. Adapun 8 fungsi keluarga adalah fungsi agama, kasih saying, perlindungan, sosial budaya, reproduksi, sosialisasi dan Pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan.


Menurut Hasto “Delapan fungsi keluarga ini sudah mencakup juga local genius dan local wisdom, dan juga nilai leluhur kita yaitu asah, asih dan asuh. Asah itu mencakup memberi pemahaman agama, ilmu, teknologi, kemampuan bersosialisasi dan peka terhadap lingkungan, asih yaitu dengan mengasihi memberikan cinta kasih termasuk juga dalam proses reproduksi, dan asuh yang dimaksud adalah kemampuan memberi asupan makanan yang baik, membeli baju, menyediakan tempat tinggal, memeriksa kesehatan dan memberi perlindungan”.

Hasto menambahkan “Merubah mindset juga sangat penting, revolusi mental local dalam keluarga, local genius. Saya membayangkan merubah mindset itu seperti merubah gen, kalau gen sudah berubah maka fenotip atau kinerjanya akan berubah dengan sendirinya, kalau fenotipnya yang diubah ini akan sulit maka harus sentuh DNA atau gennya ata dalam hal ini mindsetnya agar perubahan itu mudah dan cepat. Tidak cukup juga dengan inovasi karena inovasi tidak merubah cara pandang, tapi harus ada revolusi, bukan perang tapi revolusioner merubah cara pandang”. (humas/im).
Biro Umum dan Humas
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BKKBN